Archives

MOS - Bebas Bullying

Posted on Friday, July 16, 2010

Kesadaran akan bahaya bullying dalam MOS di tahun ini rupanya sudah cukup tinggi. Sejak first day of school di beberapa sekolah di Jakarta dan sekitarnya sampai hari terkahir MOS tampaknya tidak ada laporan yang berkaitan dengan bullying (atau tidak dilaporkan?).  Seperti kita ketahui bersama, MOS adalah momok yang menakutkan bagi para siswa karena menjadi ajang kekerasan dari para senior kepada para yunior.
Antisipasi sejak dini sudah dilakukan oleh para pihak terkait untuk mencegah aksi bullying baik yang terang-terangan maupun yang terselubung dalam MOS. Bahkan di Depok, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok pun telah mengedarkan surat edaran ke tiap sekolah satu minggu sebelum MOS digelar untuk melarang siswa senior melakukan kekerasan fisik berlebihan terhadap siswa baru. Ini patutu dicontoh. Kepala Disdik Kota Depok Farah Mulyati mengatakan, hal–hal yang tidak boleh dilakukan di antaranya seperti bullying dan kekerasan terhadap siswa baru. Bahkan, kata Farah, siswa yang sakit tidak wajib mengikuti MOS asal mengajukan surat keterangan dari dokter dan tidak akan mempengaruhi nilai akademik. 

MOS adalah masa penyesuaian bagi para siswa baru dan sudah menjadi tradisi di sekolah negeri. Kalau di sebagian besar sekolah negeri, MOS nampaknya masih diwarnai perpeloncoan yaitu para siswa mengenakan atribut yang aneh-aneh. Tapi ada juga sekolah negeri yang melarang siswa memakai tanda-tanda atau atribut yang aneh dan mewajibkan siswa memakai seragam saja. Di sekolah swasta, seperti di tempat saya mengajar acara MOSnya sangat simpel dan nggak ribet. Hanya diisi dengan perkenalan dan penjelasan rules dan prosedur. Siswapun tidak memakai atribut yang nggak jelas. 

MOS idealnya sih harus berkesan bagi para siswa. Kalau dulu, kesan MOS itu karena ada atribut yang aneh2 dan kegiatan yang agak ganjil atau yang aneh buat siswa. MOS itu bisa sih dibuat berkesan tanpa harus mengacu pada budaya plonco jadul tapi tetap harus bebas bullying. Agaknya acaranya harus dibuat kreatif, fun dan mengena ke siswa. 


MOS bisa juga diisi dengan pembentukan karakter siswa, memotivasi siswa dan pemupukan rohani atau penyegartan rohani bagi siswa. Bisa juga diisi dengan pembekalan siswa untuk mengerti apa itu bullying agar tidak aka terjadi kasus bullying di sekolah. 


OK, selamat memasuki tahun ajaran baru. Bye bye MOS, bye bye Bullying

Comments (0)

Pembahasan UAS

Posted on Sunday, April 18, 2010


  1. Abraham, Ishak, dan Yakub berasal dari keturunan anak dari Nuh yang bernama : Sem
  2. Tokoh ini namanya memiliki arti yaitu bapa segala bangsa : Abraham
  3. Kata Paskah berasal dari bahasa Ibrani ‘Pesakh’ yang berarti melewati
  1. Dasar kesatuan manusia secara universal adalah :
                  1. Kita adalah keturunan Adam
2. Kita dicipta serupa dan segambar dengan Allah
3. Kita berasal dari keturunan yang sama
  1. Kata ‘Ekklesia’ merupakan istilah dari bahasa Yunani, artinya dipanggil keluar
  1. Selain kata ‘ekklesia’, ada kata lain dalam bahasa Yunani yang artinya ‘gereja’, yaitu Rumah Tuhan
  2. Kata ‘kuriakon’ yang dipakai dalam pengertian ‘gereja’ lebih menunjuk pada sebuah (gedung) yang dipakai jemaat untuk  beribadah. 
  1. Orang-orang yang pertama dipanggil keluar oloeh Yesus adalah para murid-Nya, salah satunya adalah Petrus
  1. Setiap murid yang dipanggil Yesus memiliki sifat yang berbeda-beda. Murid Yesus yang memiliki sifat tidak mudah percaya adalahTomas
  2. Murid Yesus yang tidak mengakui Yesus dengan mengatakan bahwa dia tidak mengenal-Nya pada malam saat Yesus sedang diadili adalah Petrus
  3. Kepala gereja menurut pemahaman iman Kristen adalah Kristus
  4. Istilah koinonia dalam tugas panggilan gereja berarti Bersekutu
  5. Arti dari marturia adalah Kesaksian
  6. Tujuh pelayan yang dipilih rasul-rasul untuk melayani orang miskin jabatannya disebut 'Diaken'.
  7. Yesus berkata bahwa Aku datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Berdasarkan firman itu, maka salah satu tugas gereja adalah melayani semua orang yang memerlukan perhatian dan kasih Tuhan
  8. Dalam bahasa Yunani, kata ‘diakonia’ berarti melayani
  9. Yesus memerintahkan murid-Nya untuk mengabarkan Injil ke seluruh bumi. Perintah itu dikenal dengan sebutan Amanat Agung
  10. Kata ‘am’ sama artinya dengan 'umum'.
  11. “Aku percaya kepada gereja yang kudus dan am.” Pernyataan ini dapat kita temukan dalam Pengakuan Iman Rasuli
  12.  „...dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga.“ Pernyataan ini terdapat di dalam Doa bapa Kami
  13. Dalam bahasa Ibrani, kata ‘kudus’ disebut qadosy
  14. Gereja disebut kudus karena dikuduskan oleh Allah
  15. Istilah Kristen pertama kali diberikan terhadap gereja atau orang percaya di Antiokhia
  16. Hari raya di mana para murid berkumpul untuk menantikan janji Tuhan di Yerusalem adalah Pentakosta
  17. Kedudukan Stefanus dalam gereja mula-mula adalah diaken
  18. Roh Kudus yang dijanjikan itu memberi kekuatan kepada para murid untuk mengabarkan kabar baik yakni tentang karya Kristus dalam menyelamatkan dunia ini. Kabar baik itu sering diistilahkan dengan Injil
  19. Stefanus adalah orang yang pertama kali menjadi martir dalam gereja mula-mula. Martir artinya mati karena kesaksian imannya kepada Kristus
  20. Salah satu ciri jemaat mula-mula adalah melayani di antara jemaat
  21. Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani
  22. Alasan utama Martin Luther melancarkan protes kepada Paus adalah adanya surat penghapusan dosa yang dijual untuk jemaat
  23. Dibenarkan oleh iman dikenal dengan istilah Sola fide
  24. Untuk memperbaki kondisi gereja yang memburuk maka Luther menulis 95 dalil lalu ditempelkannya di pintu gereja Wittenberg pada tanggal 31 Oktober 1517
  25. Gereja yang muncul atau berdiri sebagai hasil dari Reformasi Gereja dikenal dengan nama Gereja Protestan
  26. Perjamuan Kudus diadakan untuk memperingati Pengorbanan Yesus
  27. Hanya oleh Firman dikenal dengan istilah Sola scriptura
  28. Rasul yang menulis kitab Wahyu dan dikenal sebagai murid yang paling dekat dan dikasih Tuhan Yesus adalah Yohanes
  29. Rasul yang dulunya menjadi penentang Kekristenan dan akhirnya bertobat dalam perjalanan menuju Damsyik adalah Paulus
  30. Di tengah masyarakat, gereja harus menjadi seperti garam dan terang
  31. Raja yang memiliki hikmat yang luar biasa dan menulis kitab Amsal serta Kidung Agung adalah Salomo
  32. Seorang yang berprofesi sebagai tabib atau dokter dan menulis dua kitab dalam Alkitab, salah satunya adalah kitab Kisah Para Rasul adalah Lukas

Pelajari juga     :
  • Mandat Budaya
  • Mandat Injil
  • Sepuluh Hukum
  • Gereja
  • Reformasi Gereja
  • Sakramen Gereja
  • Karunia Roh
  • Pangilan Allah kepada Abraham, Musa dan Paulus

Comments (0)

Hati-hati Kecanduan Pornografi Merusak Otak Anda

Posted on Friday, April 16, 2010

Terdapat banyak bahaya yang ditimbulkan oleh pornografi, yang sifatnya secara berangsur-angsur dan bisa menyebabkan kecanduan. Seperti orang yang gemar minuman keras, lama-lama dia akan menjadi pecandu.

Menurut Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan Sjafi’i Ahmad dalam seminar bertema ”Memahami Dahsyatnya Kerusakan Otak Anak akibat Kecanduan Pornografi dan Narkoba”, Senin (2/3) di Jakarta, pornografi memicu kekerasan seksual dan menurunkan mutu sumber daya manusia.

Otak merupakan pusat pengaturan perilaku, terdiri dari banyak sirkuit, melibatkan beberapa area yang terbentuk dari proses belajar. ”Anak dan remaja yang kecanduan pornografi akan mengalami gangguan perilaku dan kemampuan inteligensia, merasa senang bila melihat materi pornografi,” kata Ketua Divisi Neurologi Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia- Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Yetty Ramli.

Ahli bedah saraf Rumah Sakit San Antonio, AS, Donald L Hilton Jr, menjelaskan, kecanduan mengakibatkan otak bagian tengah depan (ventral tegmental area) mengecil. Penyusutan sel otak yang memproduksi dopamine, zat kimia pemicu rasa senang, itu mengacaukan kerja neurotransmitter, pengirim pesan.

Kecanduan pornografi sama prosesnya dengan kokain dan zat adiktif lain. Paparan pornografi menyebabkan perubahan konstan pada neurotransmiter dan melemahkan fungsi kontrol. Seseorang yang kecanduan pornografi tak bisa mengontrol perilaku seksnya dan mengalami gangguan memori.

”Kondisi ini tidak terjadi segera, tetapi melalui tahapan dan ditandai tindakan impulsif kecanduan dan perubahan perilaku,” ujarnya. Kerusakan otak akibat kecanduan ini lebih berat dibandingkan dengan jenis kecanduan lain.

Kepala Pusat Pemeliharaan, Peningkatan, dan Penanggulangan Inteligensia Kesehatan Departemen Kesehatan Jofizal Jannis menambahkan, kecanduan pornografi dan narkoba mengakibatkan kegagalan adaptasi sosial. Kecanduan tersebut juga merusak fungsi otak dan struktur otak dengan pola yang sama dengan gejala-gejala adiksi fisiologis karena obat-obatan dan alkohol.

”Tidak seperti adiksi lainnya, kecanduan pornografi tidak hanya memengaruhi fungsi luhur otak, tetapi juga merangsang tubuh, fisik, dan emosi diikuti perilaku seksual,” kata Jofizal.

Bila gangguan perilaku dan kemampuan inteligensia itu meluas, hal itu akan memperburuk kemampuan, kesehatan fisik, mental, dan sosial.

Hilton menyatakan, pencandu butuh menjalani terapi. Metodenya adalah memotivasi pencandu sehingga mau berupaya terbebas dari kecanduan, menciptakan situasi aman dengan menghambat akses pada pornografi, membentuk grup konselor sebaya, memperkuat spiritualitas.

Ketua Pelaksana Yayasan Kita dan Buah Hati Elly Risman mengimbau agar para orangtua mewaspadai materi pornografi di berbagai media, di antaranya komik, situs porno, video games, dan media lain. ”Banyak anak melihat materi pornografi justru di rumah sendiri,” ujarnya.

”Pemerintah hendaknya memblokir situs-situs internet yang memuat materi pornografi. Ada beberapa situs pornografi yang menggunakan nama tokoh kartun atau nama binatang yang bisa tanpa sengaja dibuka anak-anak saat mengerjakan tugas sekolah,” kata Elly menegaskan. (EVY)

Diringkas dari Kompas Cetak

Comments (0)

Tato dan Tindik Bisa Tularkan Hepatitis

Tato dan tindik makin digemari kaum muda di Tanah Air. Padahal, hal itu merupakan salah satu cara penularan virus hepatitis. Karena itu, kaum muda diimbau berhati-hati bila ingin menato dan menindik anggota badannya.



Menurut Ketua Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia Unggul Budihusodo, Selasa (14/4), saat dihubungi di Jakarta, mereka yang ditindik atau ditato berisiko tinggi tertular virus hepatitis.

Kondisi ini disebabkan tato dan tindik kebanyakan menggunakan alat yang tidak steril atau dipakai secara bergantian. Bila seseorang ditato atau ditindik dengan alat yang dipakai tercemar virus hepatitis, ia rentan terinfeksi virus itu. ”Hepatitis menular lewat darah dan cairan tubuh manusia,” ujarnya.

Selain tato dan tindik dengan alat yang tercemar virus, hepatitis bisa menular melalui hubungan seksual tanpa pengaman dengan penderita hepatitis, transfusi darah, dan suntikan. Pada hepatitis A, penularan bisa melalui makanan yang tercemar virus itu.

”Mereka yang juga berisiko tinggi terinfeksi di antaranya pengguna narkoba suntik, penerima transfusi darah, dan pekerja kesehatan,” kata Unggul. Bayi baru lahir juga berisiko terinfeksi dari ibu penderita hepatitis.

Karena itu, infeksi hepatitis diperkirakan makin meningkat seiring makin banyak orang yang ditato, ditindik, maupun berbagi jarum suntik di kalangan pengguna narkoba. ”Lebih dari 80 persen pengguna narkoba suntik tertular hepatitis,” kata Unggul.

Perkembangan penyakit itu juga dipengaruhi riwayat hepatitis secara kronis di dalam keluarga, pemakaian alkohol berlebihan, dan perlemakan hati. ”Karena itu, kebiasaan mengonsumsi alkohol pada penderita harus dihentikan,” ujarnya.

Menahun

Hepatitis adalah infeksi hati oleh virus hepatitis. Beberapa jenis hepatitis yang banyak dijumpai adalah hepatitis A, B, dan C. Di Indonesia, 2-4 persen dari total jumlah penduduk menderita hepatitis C atau 4-8 juta orang. Angka kasus hepatitis B 5-10 persen dari jumlah penduduk.

Ketua Kelompok Kerja Hepatitis Departemen Kesehatan Ali Sulaiman menjelaskan, hepatitis A bersifat akut, tidak menjadi kronis, dan bisa sembuh sempurna. Hanya sekitar 0,5 persen dari penderita yang mengalami serangan akut hingga berakibat fatal atau membahayakan keselamatan jiwanya.

Hal ini berbeda dengan hepatitis B dan C yang termasuk penyakit hati kronis atau menahun. Bila tidak diobati dengan baik, penderita bisa mengalami sirosis hati dalam waktu 15-30 tahun sejak terinfeksi virus hepatitis, bahkan kanker hati.

Namun, banyak penderita tak tahu kalau terinfeksi hepatitis karena biasanya tidak ada gejala. Akibatnya pada banyak orang, infeksi bisa jadi kronis atau menyebabkan gangguan hati secara permanen, bahkan kegagalan hati berupa sirosis maupun kanker hati.

Infeksi ganda

Selain itu, pasien bisa menderita lebih dari satu jenis hepatitis. Infeksi ganda beberapa jenis virus hepatitis perlu diwaspadai seiring peningkatan angka kasus beberapa jenis hepatitis dan penularan HIV.

Dalam wabah hepatitis A di beberapa negara di dunia telah ditemukan kasus infeksi ganda hepatitis. Di Shanghai, China, misalnya, dari 300.000 penderita, ada sejumlah orang yang mengalami infeksi ganda hepatitis.

Mereka yang berisiko tinggi terkena beberapa jenis virus hepatitis antara lain pengguna narkoba suntik dan pengidap HIV. Mereka yang terinfeksi hepatitis sejak usia dini juga berisiko menderita beberapa jenis penyakit hepatitis bila tak segera ditangani secara medis.

”Persentase untuk jadi berat atau parah kondisinya pada penderita infeksi ganda hepatitis ini lebih tinggi daripada penderita satu jenis hepatitis,” ujar Ali. Bila tidak ditangani dengan baik, kondisi itu akan mempercepat perjalanan penyakit hingga mengalami komplikasi dan kegagalan fungsi hati, bahkan kematian.

”Bila seseorang menderita infeksi ganda hepatitis, perjalanan penyakit itu menjadi sirosis maupun kanker hati jadi lebih cepat, yaitu kurang dari 10 tahun sejak menderita infeksi ganda tersebut,” ujar Unggul.

Pasien bisa menderita lebih dari satu penyakit hepatitis secara bersamaan, baik hepatitis A dan B atau C, maupun hepatitis B dan C. Namun, ada juga penderita yang terkena satu jenis hepatitis baru diikuti jenis hepatitis lain yang disebut super-infeksi dan lebih sulit disembuhkan.

”Karena hepatitis A bersifat akut, para dokter biasanya lebih dulu menangani penyakit itu baru kemudian mengobati jenis hepatitis lain,” kata dia. Gejala hepatitis A bisa muncul dalam jangka waktu satu bulan sejak terinfeksi antara lain kuning, sindrom seperti flu.

Untuk mencegah terjadinya infeksi ganda, penderita hepatitis A dan C harus segera diberi vaksin hepatitis B. Penderita hepatitis B atau C juga dianjurkan menjalani vaksinasi hepatitis A. Adapun hepatitis C belum ditemukan vaksinnya. (Sumber : Kompas, Rabu, 15 April 2009)

Comments (0)

Reformasi Gereja

Latar belakang tesis Luther berpusat pada pertikaian-pertikaian khusus dengan Gereja yang berkaitan dengan pemberian indulgensia—penganugerahan penitensia (pengampunan) untuk dosa. Singkatnya, praktik pemberian indulgensia kemudian dijadikan komoditi (dengan relikui-relikui) dan belakangan dikomersialkan, sehingga ikut meningkatkan apa yang dianggap Luther sebagai pelanggaran terhadap keselamatan suci di antara umat Katolik yang merasa bahwa mereka dapat memperoleh pengampunan dengan cara membelinya dan bukan karena perbuatan baik mereka ataupun karena anugerah.


Gereja Kastil di Wittenberg di Kekaisaran Romawi Suci menyimpan salah satu koleksi artefak keagamaan terbesar di Eropa, yang dikumpulkan oleh Frederick III.

Pada saat itu, ada keyakinan bahwa seseorang yang melihat relikui akan memperoleh pengampunan dari penghukuman sementara atas dosa-dosanya di api penyucian. Pada 1509 Frederick telah memiliki lebih dari 5.000 buah relikui, "termasuk botol-botol kecil berisi susu Bunda Maria, jerami dari palungan [Yesus], dan tubuh salah seorang yang tidak bersalah yang dibantai oleh Raja Herodes."[1]

Relikui-relikui ini disimpan di tempat penyimpanan khusus dan diperlihatkan setahun sekali kepada umat untuk dihormati. "Pada 1509, masing-masing pengunjung yang saleh yang menyumbang untuk pemeliharan Gereja Kastil mendapatkan indulgensia sebanyak seratus hari untuk setiap relikui."

Pada 1520 Frederick telah memiliki lebih dari 19.000 religkui, yang memungkinkan para peziarah yang melihatnya menerima indulgensia yang akan mengurangi masa mereka di api penyucian sebanyak 5.209 tahun.[1]

Sebagai bagian dari upaya pengumpulan dana yang ditugasi oleh Albertus dari Mainz ( Uskup Agung Mainz) dan Paus Leo X untuk membiayai renovasi Basilika Santo Petrus di Roma, Johann Tetzel seorang [imam]] Dominikan mulai menjual surat-surat indulgensia. Meskipun pangeran yang berkuasa di daerah Luther, Frederick III, dan pangeran dari wilayah tetangganya, George, Duke dari Sachsen, melarang penjualan tersebut di wilayah mereka, umat di wilayah Luther bersedia menempuh perjalanan untuk membelinya. Ketika orang-orang ini datang untuk melakukan pengakuan dosa, mereka memperlihatkan surat indulgensia mereka yang lengkap, dan mengklaim bahwa mereka tidak perlu lagi mengakui dosa-dosa mereka, karena dokumen itu menjanjikan pengampunan untuk dosa-dosa mereka.

Sola fide ("hanya oleh iman")


Sola scriptura ("hanya oleh Kitab Suci")

Sola gratia ("hanya karena anugerah-Nya")

Solus Christus ("hanya Kristus"; kadang Solo Christo, "hanya oleh Kristus")

Soli Deo gloria ("Pujian hanya pada Tuhan")

Comments (1)

Tugas Gereja



Koinonia


Koinonia berarti persekutuan; ada dan terciptanya persekutuan; memperat persaudaraan; semua upaya untuk tetap berada dalam persekutuan. Jadi, dalam gereja harus ada dan tercipta persekutuan; sekaligus terpeliharanya persekutuan yang telah ada dan tercipta; gereja harus menyampaikan model persekutuan yang dimilikinya itu kepada semua umat manusia.

Gereja terbentuk karena adanya persekutuan orang-orang yang percaya bahwa Yesus Kristus adalah TUHAN dan Juruselamat, kemudian “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan, Kisah 2:42; ... selalu berkumpul ... dalam persekutuan yang erat,” Kisah 5:12; sehingga terbentuknya persekutuan tersebut, 1 Kor 1:9, “... semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus,” 1 Kor 15:22. Menurut rasul-rasul, “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus,” 1 Yoh 1:3;

Karena sebagai tugas Gereja dan gereja, koinonia seperti itulah yang harus diberitakan serta dipraktekkan. Artinya, koinonia bukan hanya dibentuk di dalam lingkungan gereja, melainkan harus ditampilkan pada sikon hidup dan kehidupan sehari-hari. Orang percaya harus hidup dalam terang, sehingga mendapat persekutuan seorang dengan yang lain, karena darah Yesus, telah menyucikannya dari segala dosa, 1 Yoh 1:7. Dengan itu, setiap anggota Tubuh Kristus, harus memperhatikan satu sama lain, sesama warga, tanpa membedakan suku, ras, golongan, dan jenis kelamin, dan semua latar belakang lainnya. Semuanya merupakan sesama saudara karena kasih TUHAN Yesus Kristus.



Marturia

Marturia bermakna kesaksian, bersaksi, memberi kesaksian secara benar dan tepat tentang hal-hal yang pernah dilihat dan didengar; menceritakan realitas yang sebenarnya; mempercakapkan kembali pengalaman-pengalaman dan peristiwa yang dialami sebelumnya.

Gereja-gereja harus melaksanakan marturia karena “Injil Kerajaan Allah ... menjadi kesaksian untuk semua bangsa,” Mat 24:14; Kisah 20:24. Dan jika marturia dilaksanakan dengan baik dan benar, maka TUHAN Allah meneguhkan kesaksian Gereja-gereja dengan tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karunia Roh Kudus, Ibr 2:4. Oleh sebab itu, rasul-rasul pada masa Gereja Mula-mula memberitakan, “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah mereka dengar, lihat, saksikan, raba ... tentang Firman hidup, ...,” 1 Yoh 1:1-3; Isi utama dalam pemberitaan para Rasul adalah “... Yesus adalah Mesias,” Kisah 4:33; 18:5. Pemberitaan rasul-rasul tersebutlah yang menjadikan penyebaran dan perkembangan Gereja sampai ke penjuru dunia.

Pada konteks kekinian, isi utama marturia masih tetap sama, yaitu Yesus adalah Mesias. Marturia tidak hanya dinyatakan melalui khotbah dan nyanyian, tetapi sudah ada banyak sarana baru untuk hal itu. Marturia tidak terbatas dalam gedung gereja, namun di mana saja orang percaya berada, ia harus bermarturia.


Diakonia

Diakonia artinya melayani. Pada sikon budaya masa lalu, diakonia mendapat pengembangan makna, sehingga bermakna melakukan sesuatu dengan setia, jujur, serta tanggungjawab. Artinya, seseorang [biasanya hamba atau budak] yang melayani tuannya dengan penuh kesetiaan, kejujuran, dan tanggungjawab; ia juga harus berani dan rela menyerahkan nyawanya untuk tuannya; dalam melaksanakan tugasnya, ia harus mengikuti keinginan dan kehendak tuannya.

Pengembangan makna diakonia itu lah yang ada pada Yesus, ketika masih berada secara fisik di Bumi, Ia berkata, “... sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang,” Kehadiran Yesus untuk melayani tersebutlah yang merupakan tugas Gereja dan gereja. Pelaksanaan diakonia pada masa Gereja Mula-mula, menyangkut banyak aspek, serta dilakukan oleh orang-orang yang dipilih secara khusus, Kisah 6:1-7, sehingga rasul-rasul dapat berkosentrasi pada pemberitaan Injil. Diakonia dikerjakan dengan kata dan perbuatan, “Jika ...; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!” 1 Pet 4:11

Pada konteks kekinian, berdiakonia tak terbatas pada bantuan materi kepada mereka yang berkekurangan, melainkan lebih kompleks. Misalnya, pengobatan, panti asuhan, pendidikan, pendampingan pada saat susah ataupun yang mengalami masalah sosial, penyediaan lapangan pekerjaan, dan lain-lain. Diakonia harus membawa perubahan pada seseorang maupun masyarakat. Bukan sekedar menjadikan ia tidak terlantar dan tercukupi kebutuhan dasarnya, melainkan dapat terangkat secara sosial; misalnya, melalui pendidikan yang baik, seseorang dapat memperbaiki kualitas hidup dan kehidupannya.

Diakonia bisa menjadi salah satu bentuk kepedulian gereja kepada masyarakat luas dalam rangka menunjukkan tanda-tanda Kerajaan Allah di bumi. Melalui diakonia, warga gereja menunjukkan perhatian kepada masyarakat di luar gereja, “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, ...,” Gal 6:1-10; Mat 25:31-46.

http://www.jappy.8m.com/custom.html

'didaskalia' menyangkut pekerjaan mengajar atau isi ajaran, dan kata 'didakhê' yang khususnya ditujukan kepada ajaran Yesus Kristus.

Didaskalia

'Didaskalia' yang diterjemahkan dengan doctrine dalam bahasa Inggris, LAI menerjemahkannya dengan ajaran, pelajaran, pengajaran. Kata 'didakhê' yang juga diterjemahkan dengan doctrine dalam bahasa Inggris. Keduanya berasal dari kata kerja yang sama yakni didaskô, yang berarti mengajar dengan memberi perintah, bertindak sebagai guru terhadap murid dan menjelaskan sesuatu.


* Matius 15:9

LAI TB, Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.

KJV, But in vain they do worship me, teaching for doctrines the commandments of men.

TR, ματην δε σεβονται με διδασκοντες διδασκαλιας ενταλματα ανθρωπων

Translit., matên de sebontai me didaskontes didaskalias entalmata anthrôpôn


* Matius 7:28

LAI TB, Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya,

KJV, And it came to pass, when Jesus had ended these sayings, the people were astonished at his doctrine:

TR, και εγενετο οτε συνετελεσεν ο ιησους τους λογους τουτους εξεπλησσοντο οι οχλοι επι τη διδαχη αυτου

Translit., kai egeneto hote sunetelesen ho iêsous tous logous toutous exeplêssonto hoi okhloi epi tê didakhê autou

Mengimani bahwa Alkitab -- baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru -- telah diilhami oleh Allah dan merupakan penyataan Allah kepada manusia, merupakan salah satu doktrin dalam "agama" Kristen, namun tidak semua kalangan Kristen menganut doktrin ini. Ada kalangan tertentu -- terutama kalangan liberal -- yang justru mempermasalahkan Alkitab.

Comments (0)

Mandat Budaya dan Mandat Injil

Mandat Budaya


Apa yang dimaksud dengan mandat budaya (cultural mandate)? Situs wikipedia memberikan definisi mandat budaya sebagai pengimplikasian iman Kristen di dalam kehidupan sehari-hari. (http://en.wikipedia.org/wiki/Cultural_mandate) Definisi ini cukup baik, tetapi kurang memadai. Mandat budaya yang benar adalah suatu mandat yang diperintahkan Tuhan sendiri kepada manusia untuk menaklukkan dan memelihara serta mengembalikan alam ciptaan-Nya itu untuk kemuliaan Tuhan. Di dalam Penciptaan, Tuhan Allah sendiri berfirman, “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."” (Kej. 1:28) Tuhan memerintahkan manusia untuk menguasai alam ciptaan-Nya ini. Bukan hanya menguasai, Tuhan juga memerintahkan manusia untuk memeliharanya (Kej. 2:15). Artinya, Tuhan memerintahkan manusia untuk menguasai dan memelihara alam ciptaan-Nya untuk dipergunakan memuliakan-Nya selama-lamanya. Sehingga di dalam theologi Reformed, kita mengerti bahwa Tuhan memerintahkan kita bukan hanya mengurusi masalah rohani saja, tetapi juga kehidupan lain, misalnya politik, ekonomi, dll untuk menebus hal-hal tersebut bagi kemuliaan nama-Nya.

Mandat Injil (Penginjilan)

Mandat terpenting yang diajarkan oleh Alkitab bukan mandat sosial, tetapi mandat penginjilan. Banyak penganut “theologi” religionum mementingkan aspek sosial di dalam misi dengan segudang “dukungan” ayat-ayat Alkitab, padahal inti berita Alkitab bukan itu, tetapi mandat penginjilan. Mengapa? Karena penginjilan adalah mandat dari Allah sendiri yang bertujuan membebaskan umat-Nya dari dosa/kegelapan menuju kepada Terang Allah yang ajaib (1Ptr. 2:9-10). Mandat terpenting yang Tuhan Yesus perintahkan bukan untuk menolong sesama, tetapi memberitakan Injil. Mari kita menelusuri pengajaran Alkitab yang paling penting ini.

Mandat penginjilan terlihat jelas di dalam Amanat Agung di dalam Matius 28:19-20, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."” Sebelum ayat 19, di ayat 18, Tuhan Yesus menyatakan kuasa-Nya yang berdaulat (dari Allah Bapa) baik di Surga maupun di bumi. Dasar inilah yang menjadi dasar dan sumber Tuhan Yesus memerintahkan para rasul/murid untuk memberitakan Injil. Banyak orang “Kristen” bahkan “theolog/pemimpin gereja” yang mengajarkan bahwa Matius 28:19 hanya berlaku bagi para rasul, sehingga mereka menolak urgensinya penginjilan, lalu mereka menekankan pentingnya aksi sosial saja. Bahkan seorang pemimpin gereja dari gereja Protestan arus utama sampai mengatakan bahwa yang terpenting itu memberi sesama kita makan daripada menginjili mereka. Luar biasa aneh, seorang pemimpin gereja bisa menekankan pentingnya hal lahiriah ketimbang rohaniah.

Benarkah penginjilan tidak perlu dan hanya berlaku bagi para murid? Alkitab menjawabnya TIDAK!

Yang lebih unik lagi, pengabar Injil pertama bukan para rasul, tetapi seorang perempuan Samaria. Bacalah baik-baik diskusi Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria di Yoh. 4:5-30 dan perhatikan reaksi perempuan itu setelah mengenal Tuhan Yesus di ayat 28-30, “Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ: "Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?" Maka merekapun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus.” Hal ini sangat berlainan dengan banyak orang Kristen di zaman postmodern ini. Mereka ada yang sudah banyak belajar doktrin, tetapi malas memberitakan Injil. Bahkan tidak sedikit para pemimpin gereja (yang sudah mulai liberal, meskipun mereka tidak mau mengakuinya) menolak dengan tegas pemberitaan Injil secara verbal, sebaliknya mengajarkan pemberitaan Injil melalui perbuatan baik. Tindakan ini jelas bertentangan mutlak dengan pengajaran Alkitab.

Contoh kedua, Filipus, salah seorang pelayan gereja mula-mula adalah seorang pengabar Injil. Dokter Lukas mencatat hal ini di dalam Kisah Para Rasul 8:5, “Dan Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ.” (bdk. Kis. 6:5) Filipus juga memberitakan Injil kepada sida-sida dari Etiopia (Kis. 8:26-40). Dan sida-sida Etiopia itu, meskipun tidak dicatat di Alkitab, juga memberitakan Injil kepada warga Etiopia, sehingga banyak warga Etiopia menjadi pengikut Kristus. Begitu juga seorang martir Kristus pertama, Stefanus, bukan seorang rasul, tetapi seorang pelayan Tuhan di gereja mula-mula (Kis. 6:5), tetapi dia juga seorang pengabar Injil yang rela mati demi Injil (baca: Kis. 7). Siapakah perempuan Samaria, Filipus, sida-sida dari Etiopia, dan Stefanus? Mereka bukan rasul, tetapi mereka tetap memberitakan Injil Kristus secara verbal.

Comments (0)

Amazing Pictures

Posted on Thursday, April 1, 2010





Comments (0)

Road Safety Tips for Children


Comments (0)

Power Point Design Mechanics








Comments (0)

"How to" : Visual Effects in PowerPoint 2003

Comments (0)

Where To Upload And Share PowerPoint

Are you looking for a place to upload and share your PowerPoint presentations? Do you need partners and customers to see your latest idea without sending tons of e-mails? Are you trying to find out how to embed your PowerPoint presentation on your web site?

Slide sharing services allow you to upload and distribute your PowerPoint presentation on your web site or preferred social media. Most of these slide sharing services are also completely free of charge.
Uploading your presentation online does not require advanced technical knowledge or skills. The only thing you need to do is to grab the file of your presentation and click "upload" on your preferred slide sharing service.
Generally, slide sharing services not only support standard PowerPoint presentations in their various formats, but can also import your presentation slides from other formats like: PDF, DOC, XLS, ODP, ODT, KEY, RTF or JPG.
Presentations uploaded to slide sharing services are then converted to the Flash format. Even though Flash does support transitions, animations and audio tracks, in most cases your original effects will not be preserved when you upload your presentations online.


List of Slide Sharing Service : 












Comments (0)

Top Power Point Tips How To Design Effective Slides


Comments (0)

Meretas Pembajakan

Posted on Friday, March 19, 2010


Pembajakan atau plagaiarisme adalah bentuk dari dusta atau kebohongan. Tidak ada seorangpun manusia yang bebas dari dosa yang satu ini. Bahkan bayipun dalam usia yang bartu beberapa bulan bisa membohongi orang tuanya dengan ekspresi-ekspresi tertentu. Jadi tak ada satu manusiapun yang bebas dan bersih dari yang namamnya kebohongan. Saya ingat tulisan dari seorang theolog bernama Pdt. Eka Darmaputera yang bkiri-kira demikian: Di dalam dunia ini ada dua golongan manusia. Yang pertama berusaha memanfaatkan dan memaksimalkan dusta atau kebohongan. sedangkjan golongan yang kedua adalah orang yang berusaha menlawan dusta itu. Orang yang pertama tadi menganggap kebenaran iitu relatif, kebohongan adalah biasa dan bisa ditingkatkan sampai pada level yang dikatakan,”pintar bohong” atau “licik” dan “liicin”. Sedangkan orang yang kedua menyadari bahwa keboohngan itu harus dilawan dengan kebenaran dan dia memperjuangkan kebenaran itu dengan sungguh-sungguh.
Kita hidup dalam dunia yang tidak netral, nah kita berada pada pihak yang mana? Kebenaran atau kebohongan?  Meretas kebohongan bukanlah perkara yang mudah apalagi jika hal itgu sudah melebur dalam suatu budaya, budaya korupsi, budaya pembajakan, budaya manipulasi dan sebagainya. Budaya itu ikut merembes pula dalam dunia pendidikan. Nah, bagaimana mengatasi hal ini? Salah seorang menteri mengatakan bahwa pendidikan karakter itu sangatlah penting. Pendidikan karakter ini sekarang mulai banyak diterapkan di sekolah-sekolah untuk membentuk karakter siswa.
Pendidikan karakter itu memang bukan  obat mujarab untuk mengatasi budaya kebohongan tersebut. Tetapi pendidikan karakter itu dapat membentuk pola berpikir dan bersikap seseorang dalam menyikapi kebohongan. Namanya pendidikan itu adalah proses dan tidak bisa diharapkan hasilnya secara instan maka dalam pendidikan karakter itu yang paling penting adalah penyadaran. Penyadaran itu tidak hanya menjejali siswa dengan hal-hal semacam, ini jangan itu jangan atau ini boleh atau itu tidak boleh. Tetapi pendidikan itu harus sampai pada taraf penyadaran dari pikiran dan hati mereka akan pentingnya kebenaran sampai mereka akhrnya melihat kepada Tuhan sebagai patokan dan standar kebenaran yang absolut. Kesadaran itu akan membawa mereka untuk menyadari adanya Tuhan yang mengawasi dan melihat segala sesuatu yang kita lakukan akan membuat kita tidak bisa menyembunyikan apapun dari hadapan Tiuhan. Kesadaran Tuhan sebagai Hakim akan membuat kita harus mempertanggungkjawabkan segala sesuatu termasuk pikirtan, sikap dan perbuatan kita. Tanpa didasari oleh penyadaran untuk takut pada Tuhan maka karakter yang dibangun itu hanyalah semu dan sementara, begitu ada godaan maka akan kumat lagi ke sifat aslinya.
Pembentukana karakter itu adalah seumur hidup, jadi tidak hanya untuk siswa atau mahasiswa saja tatpi untuk semua usia dari yang paling kecil dan dini samapai usia lanjut. Bisa saja seseorang itu sudah tamat S1, S2 atau S3 tapi tanpa memiliki dasar karakter yang baik maka siklus kebohongan itu akan terus terulang. Itu sebabnya pentingnya pendidikan katrakter, di mana lagi kalau bukan dimulai dari keluaraga. Penanaman nilai-nilai itu sejak dini berasal dari keluaraga dan penting sekalai megimpartasi karakter itu dalam keluaraga lewat teladan dan contoh serta nasihat dari orang tua.
Meretas kebohongan itu adalah tugas kita semua dan tugas itu ibarat peperangan karena godaan ketidakjujuran itu bukan hanya muncul di sekolah, kan? Godaan itu muncul di mana-mana. Sekarang tinggal bagaimana kita menyikapinya. Bersikap jujur hanya pada saat dilihat orang atau tergantung kondisi? Atau dalam kondisi apapun kita berjuang untuk jujur? Semoga Tuhan memampukan kita.....

Comments (0)

Pembajakan Plus dalam Dunia Pendidikan

Posted on Saturday, March 13, 2010


Apa itu pembajakan plus? Yaitu penipuan, pemalsuan, pembohongan dan plagiarisme! 

Mencuatnya kasus plagiarisme di perguruan tinggi semakin menambah daftar coreng moreng dalam dunia pendidikan kita. Dunia pendidkan kita telah ternodai mulai dari pendidikan dasar samapi perguruan tinggi. Dunia pendidikan dasar kerap diwarnai dengan aksi penipuan, pembocoran soal ujian, penggantian jawaban dalam ujian dan mark up nilai. Lalu masuk pergruan tinggi diwarnai dengan praktek perjokian. Anda tentu ingat bagaimana praktek perjokian pada saat tes masuk yang menyeret mahasiswa-mahasiswa pintar dari universitas trernama di Negara kita. Lalu pada saat mau lulus pun mahasiswa mencari jalan pintar alias jalan pintas yaitu dengan skripsi siap saji alias skripsi bajakan.   Ya skripsi siap saji karena mahasiswanya tinggal mengganti data atau tinggal menyajikan di depan dosen penguji tanpa perlu bersusah payah. Ditambah lagi dengan gelar-gelar palsu yang mudah dibeli atau didapat dengan program instan besa mendapatkan gelar S1. Dahsyat! Bukan prestasi tapi penipuannya yang benar-benar parah. Praktek-praktek di atas mengungkapkan borok-borok pendidikan kita yang tidak pernah ditangani secara serius. Tapi masih ada lagi…
Masih dari dunia pendidikan, pembajakan itu tidak hanya pembajakan yang kelihatan semacam karya tulis, manipulasi skripsi dan sebagainya. Ada pula pembajakan yang tidak kalah parahnya yaitu pembajakan ide atau proposal yang sebenarnya tergolong plagiarisme. Ada orang-orang tertentu yang selalu pintar memanfaatkan orang lain atau memanipulasi orang lain. Orang itu sebenarnya mengetahui kemampuan kita dalam membuat suatu proposal atau ide yang baru maka dia berbaik hati dengan menerima proposal atau ide kita tetapi di tingkat yang lebih tinggi proposal atau ide kita itu dicaplok dan diklaim sebagai idenya. Dengan berbangga ria dia mengatakan bahwa ini adalah hasil karyaku. Para petinggipun mengalirkan puijian dan sanjungan yang berlimpah untuk ortang itu.
Mengapa praktek-praktek pembajakan dan penipuan dalam dunia pendidikan kita seakan terus membudaya? Pasti ada banyak fakotr penyebabnya dan menurut saya faktor utama itu adalah faktor mentalitas. Mentalitas yang suka menerabas, mau gampangnya saja, tidak mau susah dan mental berpura-pura ikut memberi kontribusi besar. Mentalitas ini adalah mentalitas yang bukan cuma perusak dan pencoreng pendidikan kita tapi perusak karakter dan pwersusak bangsa. Dari manakah budaya korupsi, kolusi dan manipulasi berasal dan berakar kalau bukan dari mentalitas sepeerti ini. Bahayanya yang kita perlu takuti dan cemaskan bukan hanya para  peserta didik atau para sisiwa atau mahasiswa yang memiliki mental seperti ini.  Bahaya latennya adalah jika para pengajar atau dosen atau guru sendiri yang seharusnya menjadi teladan atau pemberi contoh justru melakukan hal tersebut. Mau dibawa ke mana anak-anak didik kita?
Sewaktu saya mengajar dalam kelas karakter saya mengatakan : Banggakah anda jika lulus tapi dengan hasil menyontek? Banggakah anda jika diwisuda tapi dengan modal skripsi bajakan? Orang yang melakukan hal seperti itu bukan cuma menipu orang btua, dosen, rektor tapi menipu diri sendiri.  Dia bukan cuma menipu manusia tapi juga mau menipu Tuhan. Banggakah kita dengan gelar palsu yang kita peroleh dengan cara membelinya? Ingat bahwa gelar itu akan dipakai seumur hidup, banggakah kita memiliki sesuatu yang sebenarnya bukan hak kita untuk memiliki atau memakainya? Ke manakah nurani orang-orang seperti ini yang hanya karena demi gengsi atau presitise lalu menggadaikan kebenaran dan menukarnya dengan kepalsuan dan kebohongan. Inilah krisis kebenaran, krisi yang tengah kita hadapi saat ini. 

Comments (0)

BERIKAN SUARAMU!

Posted on Thursday, March 4, 2010

Dalam rapat para wakil guru dari TK, SD dan SMP kemarin, sempat muncul satu pertanyaan yang dilontarkan seorang peserta rapat. Pertanyaannya adalah,”Apakah kita sebagai guru sudah bersuara menjawab setiap isu yang muncul di antara murid-murid kita setiap hari?” Pertanyaan ini berangkat dari refleksi apakah kita sudah cukup menasehati dan membimbing murid-murid kita dalam isu-isu kehidupan mereka sehari-hari. Misalnya dalam kasus murid SMP yang suka meributkan kapan mereka akan membawa mobil sendiri ke sekolah. Atau murid SD yang baru getol-getolnya membuat akun facebook. Atau di antara murid-murid TK yang meributkan masalah barang terbaru yang dimiliki temannya. Setelah kejadian kecelakaan maut yang menimpa siswa-siswi IPEKA, akan banyak orangtua yang bertanya-tanya adakah guru-guru pernah menasehati dan mengingatkan anak-anak mereka mengenai bahaya ngebut atau bahayanya menyetir di bawah umur.



Suara bukan sekedar bunyi. Suara adalah bunyi yang bermakna bagi pendengarnya. Suara mengandung komponen frekuensi, kekuatan, intonasi, tempo, dan ‘warna’nya sendiri yang kalau digabungkan semuanya akan membawa bukan hanya informasi tapi bisa juga perintah, permintaan, pertanyaan, amarah atau kasih sayang. Suara bisa dengan mudah mengarahkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Pilatus yang cuci tangan karena teriakan marah massa atau Suharto yang turun tahta karena sorakan mahasiswa atau Yesus yang membungkam massa yang haus darah dengan ucapan “Yang tidak berdosa, lemparkanlah batu kepada perempuan itu.” Setiap suara bisa mengarahkan orang. Setiap suara guru bisa mengarahkan anak-anak kita, untuk selangkah lebih dekat kepada maut atau melangkah di jalan kehidupan.

Suara bisa menembus batas ruang, sesuatu yang tak bisa dilakukan gambar atau image. Orang tidak bisa melihat apa yang terjadi di ruang sebelah tapi bisa mendengar suara-suara dari ruang sebelah. Suara orang yang kita cintai bisa mencapai kedalaman hati kita kadang bahkan tanpa melalui proses berpikir lebih dulu, sedangkan bacaan harus melalui proses kognitif lebih dulu.

Suara lebih transient (sementara) sifatnya, sedangkan tulisan dan gambar lebih permanent. Di tengah dunia yang berubah dengan cepat dan selalu menawarkan hal baru kepada anak-anak kita, cara paling cepat untuk merespons adalah dengan bersuara. Tidak semua hal-hal baru itu baik. Banyak yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Membuat tulisan untuk melawan yang jahat itu akan memerlukan banyak waktu. Bersuara adalah cara tercepat dalam mencegah hal-hal jahat itu masuk ke hidup anak-anak kita. Suara guru-guru menjadi tembok pertama dalam melindungi anak-anak kita dari hal-hal jahat. Suara bisa menjadi permanent efeknya kalau terus diulang-ulang. Tentu kita ingat bagaimana makian musuh kita terus terngiang-ngiang di telinga kita, demikian juga nasehat dari orang yang kita cintai bisa terngiang-ngiang di telinga kita.

Suara menuntut kita berada bersama-sama orang yang kita bimbing. Tulisan bisa dibuat dan ditinggalkan kepada anak-anak kita untuk mereka baca sendiri. Suara langsung menyatakan kehadiran kita di tengah-tengah murid kita. Bukankah ini hakekat penggembalaan, yaitu hadir dan menemani domba-domba kita? Suara siapakah yang terngiang-ngiang di telinga mereka hari-hari ini? (SS).

Comments (1)

Top Inspirational Books for Educators

Posted on Saturday, February 27, 2010



By Melissa Kelly, About.com Guide
1. The Courage to Teach
What is the essence of being a succesful teacher? According to Parker J. Palmer, it is to be able to make connections between themselves, their students and their curriculum. Truly an inspiration, this book takes a different look at teaching by giving educators a chance to reflect on their profession and themselves.

2. Not Quite Burned Out But Crispy Around the Edges
Help remind the educator in your life why they entered the 'noble profession' of teaching. This book is loaded with inspirational and humorous stories that highlight the joys and rewards of teaching without ignoring the realities of the job.


3. Extraordinary Teachers
When people ask me what I do for a living, it is interesting to hear their reaction to my answer. In fact, many people pity teachers for their 'low-reward' jobs. Worse, some even blame teachers for all the ills in society. This book reveals the extraordinary effects that teachers have.


4. Teaching from the HeartHelp remind the educator in your life why they entered the 'noble profession' of teaching. This book is loaded with inspirational and humorous stories that highlight the joys and rewards of teaching without ignoring the realities of the job.


5. To a Very Special Teacher
Wonderful, little book that is meant to be given from a student to a teacher. However, it is much more than that. This book can truly make an educator feel like they are having a positive effect on the world around them.


6. Teacher, Here's My Heart
This little book is full of beautiful illustrations and poetry written from the perspective of the parent to the teacher. It is truly touching and inspirational.

Comments (0)

Top 12 Inspirational Movies for Teacher







1. Lean on Me
Morgan Freeman plays Joe Clark, the real-life bat-wielding Principal whose goal was to bring discipline and learning to Eastside High School in New York. While he was not always the easiest on the teachers, it would sure be nice if more Principals stressed the importance of discipline and learning in their schools as he did. This film shows the importance of having strong leadership at the top.

To Sir With Love
2. 'To Sir, with Love' (1967)
Sidney Poitier is the quintessential inspirational teacher. He plays an idealistic engineer-turned-teacher who ends up in an East End London school where the staff has given up on the rowdy, incorrigible students. Things start rough but once he throws out the textbooks and decides to teach the kids about life rather than square roots and split infinitives, he begins to win their trust and respect. The film deals with discrimination based on both race and economics. Poitier is perfect as the man the kids come to refer to as "Sir." Judy Geeson and Lulu were reunited with Poitier in the TV sequel directed by Peter Bogdanovich.


The Ron Clark Story

3. The Ron Clark Story follows the inspiring tale of an energetic, creative and idealistic young teacher who leaves his small North Carolinahometown to teach in a New York City public school. Through his passionate use of special rules for his classroom, highly innovative teaching techniques and an undying devotion to his students and helping them cope with their problems, Clark is able to make a remarkable difference in the lives of his students.  Even when he is almost overcome by pneumonia, Clark continues to work with his students, hoping that he can raise their test scores to an acceptable level, or possibly even higher. However, when Mr Clark returns, he finds out his class did not deliver the goods but he remains optimistic about their chances. The kids sit in the state exams and a few days later, Mr Clark takes the kids to see the Phantom of Opera. In the end, Principal Turner reveals that Mr Clark's class got the highest average in the state and Mr Clark was regarded by his students as their best teacher in the world.

Freedom Writers
4. 'Freedom Writers' (2007)
Hilary Swank plays real life teacher Erin Gruwell who takes on freshman English at Woodrow Wilson High School in Long Beach, California. The school is racially diverse but not well integrated, with students sticking to their own ethnic groups. Gruwell proves to be naïve and out of her element yet her dedication to finding a way to reach these troubled kids is truly inspirational and moving. In real life, a number of Gruwell's students have themselves turned to teaching because of her.

The Great Debaters
5. The Great Debaters
Denzel Washington directed and starred in this story of professor Melvin B. Tolson of Wiley College in Texas. Set in the 1930s, the film focuses on how he formed the school's first debate team and managed to challenge prejudices to get his team to face off with Ivy League Harvard. Washington is tough, intelligent, and passionate as a teacher with a cause.

The Miracle Worker

6. 'The Miracle Worker'
Anne Bancroft as Annie Sullivan and Patty Duke as her unwilling and unruly student Helen Keller won Best Actress and Best Supporting Actress Oscars, respectively, for their work. The two had originally created the roles on Broadway, and Duke would later go on to play Sullivan in a TV movie version of the story. Sullivan's determination to reach the blind and deaf Keller epitomizes how a good teacher can make an amazing impact on a student.
To Be and To Have

7. 'To Be and To Have' (2002, France)
A one-room school in rural France is the setting for this documentary portrait of teacher Georges Lopez. Exhibiting amazing patience, Lopez must deal with students ranging in age from four to eleven. A wonderful portrait of a truly dedicated teacher. Another deeply affecting, small scale portrait of a classroom.


Stand and Deliver
8. 'Stand and Deliver' (1988)
Edward James Olmos plays real life teacher Jaime Escalante, a Los Angeles teacher who inspires his underachieving students to learn calculus to boost their self-esteem. But they do so well in their AP testing that their success prompts accusations that they cheated. Ironically, the real Escalante ended up losing his position as math department chair at Garfield High and eventually left the school and returned to his native Bolivia to teach.



9. Renaissance Man
Danny Devito's performance as a teacher of the 'Double-D's' is both humorous and inspired. What appears to be a light-hearted comedy truly has a deeper meaning. Devito's character proves that William Shakespeare still has much to teach students. Surprisingly clean and somewhat corny at times, Renaissance Man in the end teaches important life lessons on responsibility and character.



10. Mr. Holland's Opus
This memorable movie gives all teachers hope that they truly have an impact on their students. Richard Dreyfuss is wonderful as a musician/composer who must take a teaching job to support his family. In the end, Dreyfuss' character realizes that he has had as much if not more of an impact from his teaching as he would have as a composer.


11. Dangerous Minds
Michelle Pfeiffer is excellent as real-life former marine Louanne Johnson. Teaching English in a tough inner-city school, she reaches the "unteachable" through caring and understanding. Very true-to-life, Dangerous Minds does not fall into sentimentality but instead teaches us of the importance of making our own choices and not allowing circumstances to rule us.

12. Dead Poet's Society
Robin Williams gives an awesome performance as an unconventional English teacher in a very conventional (read conservative) private school. His love of poetry and his inspiring teaching methods have a great impact on his students. The central message of the movie, to live life to the fullest everyday, is not lost. Further, Williams' poetry recitations are awe-inspiring.

Source : About.com & About.com : Hollywood Movies

Comments (4)

Chat Box

Photos from our Flickr stream