Archives
MOS - Bebas Bullying
Posted on Friday, July 16, 2010
Antisipasi sejak dini sudah dilakukan oleh para pihak terkait untuk mencegah aksi bullying baik yang terang-terangan maupun yang terselubung dalam MOS. Bahkan di Depok, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok pun telah mengedarkan surat edaran ke tiap sekolah satu minggu sebelum MOS digelar untuk melarang siswa senior melakukan kekerasan fisik berlebihan terhadap siswa baru. Ini patutu dicontoh. Kepala Disdik Kota Depok Farah Mulyati mengatakan, hal–hal yang tidak boleh dilakukan di antaranya seperti bullying dan kekerasan terhadap siswa baru. Bahkan, kata Farah, siswa yang sakit tidak wajib mengikuti MOS asal mengajukan surat keterangan dari dokter dan tidak akan mempengaruhi nilai akademik.
MOS adalah masa penyesuaian bagi para siswa baru dan sudah menjadi tradisi di sekolah negeri. Kalau di sebagian besar sekolah negeri, MOS nampaknya masih diwarnai perpeloncoan yaitu para siswa mengenakan atribut yang aneh-aneh. Tapi ada juga sekolah negeri yang melarang siswa memakai tanda-tanda atau atribut yang aneh dan mewajibkan siswa memakai seragam saja. Di sekolah swasta, seperti di tempat saya mengajar acara MOSnya sangat simpel dan nggak ribet. Hanya diisi dengan perkenalan dan penjelasan rules dan prosedur. Siswapun tidak memakai atribut yang nggak jelas.
MOS idealnya sih harus berkesan bagi para siswa. Kalau dulu, kesan MOS itu karena ada atribut yang aneh2 dan kegiatan yang agak ganjil atau yang aneh buat siswa. MOS itu bisa sih dibuat berkesan tanpa harus mengacu pada budaya plonco jadul tapi tetap harus bebas bullying. Agaknya acaranya harus dibuat kreatif, fun dan mengena ke siswa.
MOS bisa juga diisi dengan pembentukan karakter siswa, memotivasi siswa dan pemupukan rohani atau penyegartan rohani bagi siswa. Bisa juga diisi dengan pembekalan siswa untuk mengerti apa itu bullying agar tidak aka terjadi kasus bullying di sekolah.
OK, selamat memasuki tahun ajaran baru. Bye bye MOS, bye bye Bullying
Pembahasan UAS
Posted on Sunday, April 18, 2010
- Abraham, Ishak, dan Yakub berasal dari keturunan anak dari Nuh yang bernama : Sem
- Tokoh ini namanya memiliki arti yaitu bapa segala bangsa : Abraham
- Kata Paskah berasal dari bahasa Ibrani ‘Pesakh’ yang berarti melewati
- Dasar kesatuan manusia secara universal adalah :
- Kata ‘Ekklesia’ merupakan istilah dari bahasa Yunani, artinya dipanggil keluar
- Selain kata ‘ekklesia’, ada kata lain dalam bahasa Yunani yang artinya ‘gereja’, yaitu Rumah Tuhan
- Kata ‘kuriakon’ yang dipakai dalam pengertian ‘gereja’ lebih menunjuk pada sebuah (gedung) yang dipakai jemaat untuk beribadah.
- Orang-orang yang pertama dipanggil keluar oloeh Yesus adalah para murid-Nya, salah satunya adalah Petrus
- Setiap murid yang dipanggil Yesus memiliki sifat yang berbeda-beda. Murid Yesus yang memiliki sifat tidak mudah percaya adalahTomas
- Murid Yesus yang tidak mengakui Yesus dengan mengatakan bahwa dia tidak mengenal-Nya pada malam saat Yesus sedang diadili adalah Petrus
- Kepala gereja menurut pemahaman iman Kristen adalah Kristus
- Istilah koinonia dalam tugas panggilan gereja berarti Bersekutu
- Arti dari marturia adalah Kesaksian
- Tujuh pelayan yang dipilih rasul-rasul untuk melayani orang miskin jabatannya disebut 'Diaken'.
- Yesus berkata bahwa Aku datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Berdasarkan firman itu, maka salah satu tugas gereja adalah melayani semua orang yang memerlukan perhatian dan kasih Tuhan
- Dalam bahasa Yunani, kata ‘diakonia’ berarti melayani
- Yesus memerintahkan murid-Nya untuk mengabarkan Injil ke seluruh bumi. Perintah itu dikenal dengan sebutan Amanat Agung
- Kata ‘am’ sama artinya dengan 'umum'.
- “Aku percaya kepada gereja yang kudus dan am.” Pernyataan ini dapat kita temukan dalam Pengakuan Iman Rasuli
- „...dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga.“ Pernyataan ini terdapat di dalam Doa bapa Kami
- Dalam bahasa Ibrani, kata ‘kudus’ disebut qadosy
- Gereja disebut kudus karena dikuduskan oleh Allah
- Istilah Kristen pertama kali diberikan terhadap gereja atau orang percaya di Antiokhia
- Hari raya di mana para murid berkumpul untuk menantikan janji Tuhan di Yerusalem adalah Pentakosta
- Kedudukan Stefanus dalam gereja mula-mula adalah diaken
- Roh Kudus yang dijanjikan itu memberi kekuatan kepada para murid untuk mengabarkan kabar baik yakni tentang karya Kristus dalam menyelamatkan dunia ini. Kabar baik itu sering diistilahkan dengan Injil
- Stefanus adalah orang yang pertama kali menjadi martir dalam gereja mula-mula. Martir artinya mati karena kesaksian imannya kepada Kristus
- Salah satu ciri jemaat mula-mula adalah melayani di antara jemaat
- Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani
- Alasan utama Martin Luther melancarkan protes kepada Paus adalah adanya surat penghapusan dosa yang dijual untuk jemaat
- Dibenarkan oleh iman dikenal dengan istilah Sola fide
- Untuk memperbaki kondisi gereja yang memburuk maka Luther menulis 95 dalil lalu ditempelkannya di pintu gereja Wittenberg pada tanggal 31 Oktober 1517
- Gereja yang muncul atau berdiri sebagai hasil dari Reformasi Gereja dikenal dengan nama Gereja Protestan
- Perjamuan Kudus diadakan untuk memperingati Pengorbanan Yesus
- Hanya oleh Firman dikenal dengan istilah Sola scriptura
- Rasul yang menulis kitab Wahyu dan dikenal sebagai murid yang paling dekat dan dikasih Tuhan Yesus adalah Yohanes
- Rasul yang dulunya menjadi penentang Kekristenan dan akhirnya bertobat dalam perjalanan menuju Damsyik adalah Paulus
- Di tengah masyarakat, gereja harus menjadi seperti garam dan terang
- Raja yang memiliki hikmat yang luar biasa dan menulis kitab Amsal serta Kidung Agung adalah Salomo
- Seorang yang berprofesi sebagai tabib atau dokter dan menulis dua kitab dalam Alkitab, salah satunya adalah kitab Kisah Para Rasul adalah Lukas
- Mandat Budaya
- Mandat Injil
- Sepuluh Hukum
- Gereja
- Reformasi Gereja
- Sakramen Gereja
- Karunia Roh
- Pangilan Allah kepada Abraham, Musa dan Paulus
Hati-hati Kecanduan Pornografi Merusak Otak Anda
Posted on Friday, April 16, 2010
Tato dan Tindik Bisa Tularkan Hepatitis
Reformasi Gereja
Gereja Kastil di Wittenberg di Kekaisaran Romawi Suci menyimpan salah satu koleksi artefak keagamaan terbesar di Eropa, yang dikumpulkan oleh Frederick III.
Pada saat itu, ada keyakinan bahwa seseorang yang melihat relikui akan memperoleh pengampunan dari penghukuman sementara atas dosa-dosanya di api penyucian. Pada 1509 Frederick telah memiliki lebih dari 5.000 buah relikui, "termasuk botol-botol kecil berisi susu Bunda Maria, jerami dari palungan [Yesus], dan tubuh salah seorang yang tidak bersalah yang dibantai oleh Raja Herodes."[1]
Relikui-relikui ini disimpan di tempat penyimpanan khusus dan diperlihatkan setahun sekali kepada umat untuk dihormati. "Pada 1509, masing-masing pengunjung yang saleh yang menyumbang untuk pemeliharan Gereja Kastil mendapatkan indulgensia sebanyak seratus hari untuk setiap relikui."
Pada 1520 Frederick telah memiliki lebih dari 19.000 religkui, yang memungkinkan para peziarah yang melihatnya menerima indulgensia yang akan mengurangi masa mereka di api penyucian sebanyak 5.209 tahun.[1]
Sebagai bagian dari upaya pengumpulan dana yang ditugasi oleh Albertus dari Mainz ( Uskup Agung Mainz) dan Paus Leo X untuk membiayai renovasi Basilika Santo Petrus di Roma, Johann Tetzel seorang [imam]] Dominikan mulai menjual surat-surat indulgensia. Meskipun pangeran yang berkuasa di daerah Luther, Frederick III, dan pangeran dari wilayah tetangganya, George, Duke dari Sachsen, melarang penjualan tersebut di wilayah mereka, umat di wilayah Luther bersedia menempuh perjalanan untuk membelinya. Ketika orang-orang ini datang untuk melakukan pengakuan dosa, mereka memperlihatkan surat indulgensia mereka yang lengkap, dan mengklaim bahwa mereka tidak perlu lagi mengakui dosa-dosa mereka, karena dokumen itu menjanjikan pengampunan untuk dosa-dosa mereka.
Sola fide ("hanya oleh iman")
Sola scriptura ("hanya oleh Kitab Suci")
Sola gratia ("hanya karena anugerah-Nya")
Solus Christus ("hanya Kristus"; kadang Solo Christo, "hanya oleh Kristus")
Soli Deo gloria ("Pujian hanya pada Tuhan")
Tugas Gereja
Koinonia
Koinonia berarti persekutuan; ada dan terciptanya persekutuan; memperat persaudaraan; semua upaya untuk tetap berada dalam persekutuan. Jadi, dalam gereja harus ada dan tercipta persekutuan; sekaligus terpeliharanya persekutuan yang telah ada dan tercipta; gereja harus menyampaikan model persekutuan yang dimilikinya itu kepada semua umat manusia.
Gereja terbentuk karena adanya persekutuan orang-orang yang percaya bahwa Yesus Kristus adalah TUHAN dan Juruselamat, kemudian “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan, Kisah 2:42; ... selalu berkumpul ... dalam persekutuan yang erat,” Kisah 5:12; sehingga terbentuknya persekutuan tersebut, 1 Kor 1:9, “... semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus,” 1 Kor 15:22. Menurut rasul-rasul, “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus,” 1 Yoh 1:3;
Karena sebagai tugas Gereja dan gereja, koinonia seperti itulah yang harus diberitakan serta dipraktekkan. Artinya, koinonia bukan hanya dibentuk di dalam lingkungan gereja, melainkan harus ditampilkan pada sikon hidup dan kehidupan sehari-hari. Orang percaya harus hidup dalam terang, sehingga mendapat persekutuan seorang dengan yang lain, karena darah Yesus, telah menyucikannya dari segala dosa, 1 Yoh 1:7. Dengan itu, setiap anggota Tubuh Kristus, harus memperhatikan satu sama lain, sesama warga, tanpa membedakan suku, ras, golongan, dan jenis kelamin, dan semua latar belakang lainnya. Semuanya merupakan sesama saudara karena kasih TUHAN Yesus Kristus.
Marturia
Marturia bermakna kesaksian, bersaksi, memberi kesaksian secara benar dan tepat tentang hal-hal yang pernah dilihat dan didengar; menceritakan realitas yang sebenarnya; mempercakapkan kembali pengalaman-pengalaman dan peristiwa yang dialami sebelumnya.
Gereja-gereja harus melaksanakan marturia karena “Injil Kerajaan Allah ... menjadi kesaksian untuk semua bangsa,” Mat 24:14; Kisah 20:24. Dan jika marturia dilaksanakan dengan baik dan benar, maka TUHAN Allah meneguhkan kesaksian Gereja-gereja dengan tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karunia Roh Kudus, Ibr 2:4. Oleh sebab itu, rasul-rasul pada masa Gereja Mula-mula memberitakan, “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah mereka dengar, lihat, saksikan, raba ... tentang Firman hidup, ...,” 1 Yoh 1:1-3; Isi utama dalam pemberitaan para Rasul adalah “... Yesus adalah Mesias,” Kisah 4:33; 18:5. Pemberitaan rasul-rasul tersebutlah yang menjadikan penyebaran dan perkembangan Gereja sampai ke penjuru dunia.
Pada konteks kekinian, isi utama marturia masih tetap sama, yaitu Yesus adalah Mesias. Marturia tidak hanya dinyatakan melalui khotbah dan nyanyian, tetapi sudah ada banyak sarana baru untuk hal itu. Marturia tidak terbatas dalam gedung gereja, namun di mana saja orang percaya berada, ia harus bermarturia.
Diakonia
Diakonia artinya melayani. Pada sikon budaya masa lalu, diakonia mendapat pengembangan makna, sehingga bermakna melakukan sesuatu dengan setia, jujur, serta tanggungjawab. Artinya, seseorang [biasanya hamba atau budak] yang melayani tuannya dengan penuh kesetiaan, kejujuran, dan tanggungjawab; ia juga harus berani dan rela menyerahkan nyawanya untuk tuannya; dalam melaksanakan tugasnya, ia harus mengikuti keinginan dan kehendak tuannya.
Pengembangan makna diakonia itu lah yang ada pada Yesus, ketika masih berada secara fisik di Bumi, Ia berkata, “... sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang,” Kehadiran Yesus untuk melayani tersebutlah yang merupakan tugas Gereja dan gereja. Pelaksanaan diakonia pada masa Gereja Mula-mula, menyangkut banyak aspek, serta dilakukan oleh orang-orang yang dipilih secara khusus, Kisah 6:1-7, sehingga rasul-rasul dapat berkosentrasi pada pemberitaan Injil. Diakonia dikerjakan dengan kata dan perbuatan, “Jika ...; jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!” 1 Pet 4:11
Pada konteks kekinian, berdiakonia tak terbatas pada bantuan materi kepada mereka yang berkekurangan, melainkan lebih kompleks. Misalnya, pengobatan, panti asuhan, pendidikan, pendampingan pada saat susah ataupun yang mengalami masalah sosial, penyediaan lapangan pekerjaan, dan lain-lain. Diakonia harus membawa perubahan pada seseorang maupun masyarakat. Bukan sekedar menjadikan ia tidak terlantar dan tercukupi kebutuhan dasarnya, melainkan dapat terangkat secara sosial; misalnya, melalui pendidikan yang baik, seseorang dapat memperbaiki kualitas hidup dan kehidupannya.
Diakonia bisa menjadi salah satu bentuk kepedulian gereja kepada masyarakat luas dalam rangka menunjukkan tanda-tanda Kerajaan Allah di bumi. Melalui diakonia, warga gereja menunjukkan perhatian kepada masyarakat di luar gereja, “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, ...,” Gal 6:1-10; Mat 25:31-46.
http://www.jappy.8m.com/custom.html
'didaskalia' menyangkut pekerjaan mengajar atau isi ajaran, dan kata 'didakhê' yang khususnya ditujukan kepada ajaran Yesus Kristus.
Didaskalia
'Didaskalia' yang diterjemahkan dengan doctrine dalam bahasa Inggris, LAI menerjemahkannya dengan ajaran, pelajaran, pengajaran. Kata 'didakhê' yang juga diterjemahkan dengan doctrine dalam bahasa Inggris. Keduanya berasal dari kata kerja yang sama yakni didaskô, yang berarti mengajar dengan memberi perintah, bertindak sebagai guru terhadap murid dan menjelaskan sesuatu.
* Matius 15:9
LAI TB, Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.
KJV, But in vain they do worship me, teaching for doctrines the commandments of men.
TR, ματην δε σεβονται με διδασκοντες διδασκαλιας ενταλματα ανθρωπων
Translit., matên de sebontai me didaskontes didaskalias entalmata anthrôpôn
* Matius 7:28
LAI TB, Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya,
KJV, And it came to pass, when Jesus had ended these sayings, the people were astonished at his doctrine:
TR, και εγενετο οτε συνετελεσεν ο ιησους τους λογους τουτους εξεπλησσοντο οι οχλοι επι τη διδαχη αυτου
Translit., kai egeneto hote sunetelesen ho iêsous tous logous toutous exeplêssonto hoi okhloi epi tê didakhê autou
Mengimani bahwa Alkitab -- baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru -- telah diilhami oleh Allah dan merupakan penyataan Allah kepada manusia, merupakan salah satu doktrin dalam "agama" Kristen, namun tidak semua kalangan Kristen menganut doktrin ini. Ada kalangan tertentu -- terutama kalangan liberal -- yang justru mempermasalahkan Alkitab.
Mandat Budaya dan Mandat Injil
Mandat Budaya
Apa yang dimaksud dengan mandat budaya (cultural mandate)? Situs wikipedia memberikan definisi mandat budaya sebagai pengimplikasian iman Kristen di dalam kehidupan sehari-hari. (http://en.wikipedia.org/wiki/Cultural_mandate) Definisi ini cukup baik, tetapi kurang memadai. Mandat budaya yang benar adalah suatu mandat yang diperintahkan Tuhan sendiri kepada manusia untuk menaklukkan dan memelihara serta mengembalikan alam ciptaan-Nya itu untuk kemuliaan Tuhan. Di dalam Penciptaan, Tuhan Allah sendiri berfirman, “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."” (Kej. 1:28) Tuhan memerintahkan manusia untuk menguasai alam ciptaan-Nya ini. Bukan hanya menguasai, Tuhan juga memerintahkan manusia untuk memeliharanya (Kej. 2:15). Artinya, Tuhan memerintahkan manusia untuk menguasai dan memelihara alam ciptaan-Nya untuk dipergunakan memuliakan-Nya selama-lamanya. Sehingga di dalam theologi Reformed, kita mengerti bahwa Tuhan memerintahkan kita bukan hanya mengurusi masalah rohani saja, tetapi juga kehidupan lain, misalnya politik, ekonomi, dll untuk menebus hal-hal tersebut bagi kemuliaan nama-Nya.
Mandat Injil (Penginjilan)
Mandat terpenting yang diajarkan oleh Alkitab bukan mandat sosial, tetapi mandat penginjilan. Banyak penganut “theologi” religionum mementingkan aspek sosial di dalam misi dengan segudang “dukungan” ayat-ayat Alkitab, padahal inti berita Alkitab bukan itu, tetapi mandat penginjilan. Mengapa? Karena penginjilan adalah mandat dari Allah sendiri yang bertujuan membebaskan umat-Nya dari dosa/kegelapan menuju kepada Terang Allah yang ajaib (1Ptr. 2:9-10). Mandat terpenting yang Tuhan Yesus perintahkan bukan untuk menolong sesama, tetapi memberitakan Injil. Mari kita menelusuri pengajaran Alkitab yang paling penting ini.
Mandat penginjilan terlihat jelas di dalam Amanat Agung di dalam Matius 28:19-20, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."” Sebelum ayat 19, di ayat 18, Tuhan Yesus menyatakan kuasa-Nya yang berdaulat (dari Allah Bapa) baik di Surga maupun di bumi. Dasar inilah yang menjadi dasar dan sumber Tuhan Yesus memerintahkan para rasul/murid untuk memberitakan Injil. Banyak orang “Kristen” bahkan “theolog/pemimpin gereja” yang mengajarkan bahwa Matius 28:19 hanya berlaku bagi para rasul, sehingga mereka menolak urgensinya penginjilan, lalu mereka menekankan pentingnya aksi sosial saja. Bahkan seorang pemimpin gereja dari gereja Protestan arus utama sampai mengatakan bahwa yang terpenting itu memberi sesama kita makan daripada menginjili mereka. Luar biasa aneh, seorang pemimpin gereja bisa menekankan pentingnya hal lahiriah ketimbang rohaniah.
Benarkah penginjilan tidak perlu dan hanya berlaku bagi para murid? Alkitab menjawabnya TIDAK!
Yang lebih unik lagi, pengabar Injil pertama bukan para rasul, tetapi seorang perempuan Samaria. Bacalah baik-baik diskusi Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria di Yoh. 4:5-30 dan perhatikan reaksi perempuan itu setelah mengenal Tuhan Yesus di ayat 28-30, “Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ: "Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?" Maka merekapun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus.” Hal ini sangat berlainan dengan banyak orang Kristen di zaman postmodern ini. Mereka ada yang sudah banyak belajar doktrin, tetapi malas memberitakan Injil. Bahkan tidak sedikit para pemimpin gereja (yang sudah mulai liberal, meskipun mereka tidak mau mengakuinya) menolak dengan tegas pemberitaan Injil secara verbal, sebaliknya mengajarkan pemberitaan Injil melalui perbuatan baik. Tindakan ini jelas bertentangan mutlak dengan pengajaran Alkitab.
Contoh kedua, Filipus, salah seorang pelayan gereja mula-mula adalah seorang pengabar Injil. Dokter Lukas mencatat hal ini di dalam Kisah Para Rasul 8:5, “Dan Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ.” (bdk. Kis. 6:5) Filipus juga memberitakan Injil kepada sida-sida dari Etiopia (Kis. 8:26-40). Dan sida-sida Etiopia itu, meskipun tidak dicatat di Alkitab, juga memberitakan Injil kepada warga Etiopia, sehingga banyak warga Etiopia menjadi pengikut Kristus. Begitu juga seorang martir Kristus pertama, Stefanus, bukan seorang rasul, tetapi seorang pelayan Tuhan di gereja mula-mula (Kis. 6:5), tetapi dia juga seorang pengabar Injil yang rela mati demi Injil (baca: Kis. 7). Siapakah perempuan Samaria, Filipus, sida-sida dari Etiopia, dan Stefanus? Mereka bukan rasul, tetapi mereka tetap memberitakan Injil Kristus secara verbal.
Where To Upload And Share PowerPoint
Meretas Pembajakan
Posted on Friday, March 19, 2010
Pembajakan Plus dalam Dunia Pendidikan
Posted on Saturday, March 13, 2010
BERIKAN SUARAMU!
Posted on Thursday, March 4, 2010
Suara bukan sekedar bunyi. Suara adalah bunyi yang bermakna bagi pendengarnya. Suara mengandung komponen frekuensi, kekuatan, intonasi, tempo, dan ‘warna’nya sendiri yang kalau digabungkan semuanya akan membawa bukan hanya informasi tapi bisa juga perintah, permintaan, pertanyaan, amarah atau kasih sayang. Suara bisa dengan mudah mengarahkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Pilatus yang cuci tangan karena teriakan marah massa atau Suharto yang turun tahta karena sorakan mahasiswa atau Yesus yang membungkam massa yang haus darah dengan ucapan “Yang tidak berdosa, lemparkanlah batu kepada perempuan itu.” Setiap suara bisa mengarahkan orang. Setiap suara guru bisa mengarahkan anak-anak kita, untuk selangkah lebih dekat kepada maut atau melangkah di jalan kehidupan.
Suara bisa menembus batas ruang, sesuatu yang tak bisa dilakukan gambar atau image. Orang tidak bisa melihat apa yang terjadi di ruang sebelah tapi bisa mendengar suara-suara dari ruang sebelah. Suara orang yang kita cintai bisa mencapai kedalaman hati kita kadang bahkan tanpa melalui proses berpikir lebih dulu, sedangkan bacaan harus melalui proses kognitif lebih dulu.
Suara lebih transient (sementara) sifatnya, sedangkan tulisan dan gambar lebih permanent. Di tengah dunia yang berubah dengan cepat dan selalu menawarkan hal baru kepada anak-anak kita, cara paling cepat untuk merespons adalah dengan bersuara. Tidak semua hal-hal baru itu baik. Banyak yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Membuat tulisan untuk melawan yang jahat itu akan memerlukan banyak waktu. Bersuara adalah cara tercepat dalam mencegah hal-hal jahat itu masuk ke hidup anak-anak kita. Suara guru-guru menjadi tembok pertama dalam melindungi anak-anak kita dari hal-hal jahat. Suara bisa menjadi permanent efeknya kalau terus diulang-ulang. Tentu kita ingat bagaimana makian musuh kita terus terngiang-ngiang di telinga kita, demikian juga nasehat dari orang yang kita cintai bisa terngiang-ngiang di telinga kita.
Suara menuntut kita berada bersama-sama orang yang kita bimbing. Tulisan bisa dibuat dan ditinggalkan kepada anak-anak kita untuk mereka baca sendiri. Suara langsung menyatakan kehadiran kita di tengah-tengah murid kita. Bukankah ini hakekat penggembalaan, yaitu hadir dan menemani domba-domba kita? Suara siapakah yang terngiang-ngiang di telinga mereka hari-hari ini? (SS).
Top Inspirational Books for Educators
Posted on Saturday, February 27, 2010
By Melissa Kelly, About.com Guide
2. Not Quite Burned Out But Crispy Around the Edges
3. Extraordinary Teachers
4. Teaching from the HeartHelp remind the educator in your life why they entered the 'noble profession' of teaching. This book is loaded with inspirational and humorous stories that highlight the joys and rewards of teaching without ignoring the realities of the job.
5. To a Very Special Teacher
6. Teacher, Here's My Heart
Top 12 Inspirational Movies for Teacher
1. Lean on Me
Morgan Freeman plays Joe Clark, the real-life bat-wielding Principal whose goal was to bring discipline and learning to Eastside High School in New York. While he was not always the easiest on the teachers, it would sure be nice if more Principals stressed the importance of discipline and learning in their schools as he did. This film shows the importance of having strong leadership at the top.
2. 'To Sir, with Love' (1967)
Sidney Poitier is the quintessential inspirational teacher. He plays an idealistic engineer-turned-teacher who ends up in an East End London school where the staff has given up on the rowdy, incorrigible students. Things start rough but once he throws out the textbooks and decides to teach the kids about life rather than square roots and split infinitives, he begins to win their trust and respect. The film deals with discrimination based on both race and economics. Poitier is perfect as the man the kids come to refer to as "Sir." Judy Geeson and Lulu were reunited with Poitier in the TV sequel directed by Peter Bogdanovich.
3. The Ron Clark Story follows the inspiring tale of an energetic, creative and idealistic young teacher who leaves his small North Carolinahometown to teach in a New York City public school. Through his passionate use of special rules for his classroom, highly innovative teaching techniques and an undying devotion to his students and helping them cope with their problems, Clark is able to make a remarkable difference in the lives of his students. Even when he is almost overcome by pneumonia, Clark continues to work with his students, hoping that he can raise their test scores to an acceptable level, or possibly even higher. However, when Mr Clark returns, he finds out his class did not deliver the goods but he remains optimistic about their chances. The kids sit in the state exams and a few days later, Mr Clark takes the kids to see the Phantom of Opera. In the end, Principal Turner reveals that Mr Clark's class got the highest average in the state and Mr Clark was regarded by his students as their best teacher in the world.
4. 'Freedom Writers' (2007)
Hilary Swank plays real life teacher Erin Gruwell who takes on freshman English at Woodrow Wilson High School in Long Beach, California. The school is racially diverse but not well integrated, with students sticking to their own ethnic groups. Gruwell proves to be naïve and out of her element yet her dedication to finding a way to reach these troubled kids is truly inspirational and moving. In real life, a number of Gruwell's students have themselves turned to teaching because of her.
5. The Great Debaters
Denzel Washington directed and starred in this story of professor Melvin B. Tolson of Wiley College in Texas. Set in the 1930s, the film focuses on how he formed the school's first debate team and managed to challenge prejudices to get his team to face off with Ivy League Harvard. Washington is tough, intelligent, and passionate as a teacher with a cause.
6. 'The Miracle Worker'
7. 'To Be and To Have' (2002, France)
8. 'Stand and Deliver' (1988)
Edward James Olmos plays real life teacher Jaime Escalante, a Los Angeles teacher who inspires his underachieving students to learn calculus to boost their self-esteem. But they do so well in their AP testing that their success prompts accusations that they cheated. Ironically, the real Escalante ended up losing his position as math department chair at Garfield High and eventually left the school and returned to his native Bolivia to teach.
9. Renaissance Man
10. Mr. Holland's Opus
11. Dangerous Minds
12. Dead Poet's Society
Source : About.com & About.com : Hollywood Movies